Pages

Sabtu, 23 April 2016

PEMANFAATAN BATANG PEPAYA

POTENSI PEMANFAATAN BATANG PEPAYA SEBAGAI SUMBER PANGAN BARU MENUNJANG BIO INDUSTRI PERTANIAN
 Oleh Nofiarli, STP
Pepaya merupakan salah satu tanaman buah yang sering dijumpai di area  pekarangan masyarakat. Pepaya juga termasuk salah satu komoditas ekspor Indonesia, dimana permintaan akan buah pepaya sering tidak dapat terpenuhi oleh petani. Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2014) luas areal penanaman pepaya nasional adalah 10,217 Ha dengan total produksi 840,112 ton.
Pepaya digolongkan pada tanaman yang berbuah disepanjang musim. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 buah, bahkan sampai 150 buah. Setelah panen pertama, pohon pepaya akan terus menerus berbuah sampai umur 4 tahun. Setelah 4 tahun produksi buah akan menurun sehingga kebun harus diremajakan. Peremajaan dilakukan dengan cara menebang pohon yang sudah tidak produktif lagi dan menggantinya dengan tanaman baru. Sisa pohon pepaya hasil peremajaan kebun hanya dibiarkan menumpuk dan membusuk begitu saja di area kebun tanpa ada perlakuan khusus dan terurai dengan sendirinya. Apabila luasan areal pertanaman pepaya meningkat, maka jumlah pohon hasil peremajaan akan meningkat dan dapat menimbulkan masalah baru berupa limbah pohon pepaya. Limbah dalan jumlah besar akan menimbulkan bau dan memancing berbagai penyakit.
Potensi pengembangan batang pepaya sebagai salah satu sumber pangan baru sangat besar. Namun sampai sekarang belum ada inovasi teknologi yang telah dikembangkan untuk pengolahan batang pepaya. Pada kearifan lokal masyarakat Mandailing Natal Sumatera barat, batang pepaya diolah sebagai bahan baku pembuat urap, sedangkan pada daerah Jawa Timur pohon pepaya di olah sabagai bahan baku pembuat dodol. Oleh karena itu, batang pepaya berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku industri pangan mendukung program biopertanian dan zero waste.
Penggunaan batang pepaya sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan kurangnya informasi tentang manfaat dan kandungan  yang terkandung di dalamnya. Menurut Yon (1994), batang pepaya mengandung banyak air, berongga, bertekstur lembut dan bergabus. Batang pepaya umumnya tumbuh tegak dan tidak bercabang, kecuali jika ada pelukaan di bagian atasnya. Bentuk batang bagian luar yang mirip dengan bentuk batang tanaman berkayu pada umumnya menyebabkan orang enggan untuk memanfaatkan batang pepaya sebagai bahan baku makanan ringan. Setelah dilakukan pengujian laboratorium terhadap batang pepaya didapatkan data kandungan batang pepaya sesuai dengan data pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Batang Pepaya
 
 Kandungan
Jumlah
Karbohidrat (pati)
5.24 %
Kadar serat
2.74%
Protein
0.32%
Kadar air
82.3%
Kadar abu
1.03%

Gambar 1. Limbah batang pepaya
Salah satu potensi pengembangan batang pepaya adalah sebagai bahan baku pembuatan industri makanan. Dari hasil penelitian di Balitbu Tropika, batang pepaya dapat dikembangan sebagai bahan baku sumber pangan baru menunjang bio pertanian. Di Balitbu Tropika batang pepaya dijadikan bahan baku pembuat kripik, manisan basah dan manisan kering. Bahan baku yang digunakan adalah pohon pepaya yang sudah berumur diatas 4 tahun hasil peremajaan kebun. Teknologi pembuatan manisan kering, manisan basah dan keripik dari batang pepaya merupakan teknologi sederhana yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Namun demikian teknologi ini masih baru dan sampai saat ini belum ada paten ataupun publikasi ilmiah.
Keripik, manisan basah dan manisan kering batang pepayamemilikirasayang enak dan disukai oleh panelis. Uji preferensi telah dilakuan terhadap beberapa orang panelis dengan hasil sangat suka.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat tentang diversifikasi pangan dan gizi, serta telah dilakukan analisa kandungan pada batang pepaya, maka diharapkan pemanfaatan batang pepaya sebagai salah satu bahan baku pembuatan makanan dapat diterima dan dikembangkan.
Keuntungan utama penggunaan batang pepaya sebagai sumber pangan baru adalah (1) bahan baku mudah didapat dan harganya sangat murah(limbah), (2) Dapat mengatasi masalah limbah lingkungan pada saat peremajaan kebun pepaya, (3) Kaya akan gizi (karbohidrat, serat, protein), (4) Dapat meningkatkan pendapatan petani (analisa ekonomi), (5) Mengurangi angka kemiskinan dengan penyediaan lapangan kerja baru melalui industri kecil skala rumah tangga.
Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm dari pangkal batang, kemudian kulit batang dikupas setebal ± 1 cm sampai ditemukan bagian dalam batang yang berwarna putih. Batang bagian dalam ini dicuci, lalu diiris tipis dan direbus selama 30 menit. Setelah direbus, irisan batang pepaya ditiriskan, dan direndam dengan air kapur sirih selama 2 jam kemudian ditiriskan. Irisan batang pepaya kemudian digoreng dengan minyak panas lalu dioven dengan suhu 60oC.
Diagram alur pembuatan keripik batang pepaya:
Gambar 2. Keripik pangkal pohon pepaya
Batang pepaya yang telah dikupas kulitnya di potong berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi 2 cm dan ketebalan pemotongan 0,5 cm. Perebusan dilakukan dengan air selama 2 jam. Untuk pengeringan manisan dilakukan selama 24 jam dengan suhu 60oC sampai diperoleh kadar air manisan dibawah 10%. Hal ini untuk mencegah proses fermentasi dan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan kerusakan bahan akibat kadar air yang tinggi. Manisan di packing dalam plastik kedap udara yang dikemas dalam kotak.
Diagram alir pembuatan manisan batang pepaya:
Gambar 3. Manisan kering pangkal pohon pepaya

SUMBER : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar