POTENSI PEMANFAATAN BATANG PEPAYA SEBAGAI SUMBER PANGAN BARU MENUNJANG BIO INDUSTRI PERTANIAN
Oleh Nofiarli, STP
Oleh Nofiarli, STP
Pepaya merupakan salah satu tanaman buah
yang sering dijumpai di area pekarangan masyarakat. Pepaya juga
termasuk salah satu komoditas ekspor Indonesia, dimana permintaan akan
buah pepaya sering tidak dapat terpenuhi oleh petani. Menurut Direktorat
Jendral Hortikultura (2014) luas areal penanaman pepaya nasional adalah
10,217 Ha dengan total produksi 840,112 ton.
Pepaya digolongkan pada tanaman yang
berbuah disepanjang musim. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 buah, bahkan
sampai 150 buah. Setelah panen pertama, pohon pepaya akan terus menerus
berbuah sampai umur 4 tahun. Setelah 4 tahun produksi buah akan menurun
sehingga kebun harus diremajakan. Peremajaan dilakukan dengan cara
menebang pohon yang sudah tidak produktif lagi dan menggantinya dengan
tanaman baru. Sisa pohon pepaya hasil peremajaan kebun hanya dibiarkan
menumpuk dan membusuk begitu saja di area kebun tanpa ada perlakuan
khusus dan terurai dengan sendirinya. Apabila luasan areal pertanaman
pepaya meningkat, maka jumlah pohon hasil peremajaan akan meningkat dan
dapat menimbulkan masalah baru berupa limbah pohon pepaya. Limbah dalan
jumlah besar akan menimbulkan bau dan memancing berbagai penyakit.
Potensi pengembangan batang pepaya
sebagai salah satu sumber pangan baru sangat besar. Namun sampai
sekarang belum ada inovasi teknologi yang telah dikembangkan untuk
pengolahan batang pepaya. Pada kearifan lokal masyarakat Mandailing
Natal Sumatera barat, batang pepaya diolah sebagai bahan baku pembuat
urap, sedangkan pada daerah Jawa Timur pohon pepaya di olah sabagai
bahan baku pembuat dodol. Oleh karena itu, batang pepaya berpotensi
dikembangkan sebagai bahan baku industri pangan mendukung program
biopertanian dan zero waste.
Penggunaan batang pepaya sebagai bahan
baku pembuatan makanan ringan belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan
kurangnya informasi tentang manfaat dan kandungan yang terkandung di
dalamnya. Menurut Yon (1994), batang pepaya mengandung banyak air,
berongga, bertekstur lembut dan bergabus. Batang pepaya umumnya tumbuh
tegak dan tidak bercabang, kecuali jika ada pelukaan di bagian atasnya.
Bentuk batang bagian luar yang mirip dengan bentuk batang tanaman
berkayu pada umumnya menyebabkan orang enggan untuk memanfaatkan batang
pepaya sebagai bahan baku makanan ringan. Setelah dilakukan pengujian
laboratorium terhadap batang pepaya didapatkan data kandungan batang
pepaya sesuai dengan data pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Batang Pepaya
Kandungan
|
Jumlah
|
Karbohidrat (pati) |
5.24 %
|
Kadar serat |
2.74%
|
Protein |
0.32%
|
Kadar air |
82.3%
|
Kadar abu |
1.03%
|
Gambar 1. Limbah batang pepaya
Salah satu potensi pengembangan batang
pepaya adalah sebagai bahan baku pembuatan industri makanan. Dari hasil
penelitian di Balitbu Tropika, batang pepaya dapat dikembangan sebagai
bahan baku sumber pangan baru menunjang bio pertanian. Di Balitbu
Tropika batang pepaya dijadikan bahan baku pembuat kripik, manisan basah
dan manisan kering. Bahan baku yang digunakan adalah pohon pepaya yang
sudah berumur diatas 4 tahun hasil peremajaan kebun. Teknologi pembuatan
manisan kering, manisan basah dan keripik dari batang pepaya merupakan
teknologi sederhana yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Namun
demikian teknologi ini masih baru dan sampai saat ini belum ada paten
ataupun publikasi ilmiah.
Keripik, manisan basah dan manisan
kering batang pepayamemilikirasayang enak dan disukai oleh panelis. Uji
preferensi telah dilakuan terhadap beberapa orang panelis dengan hasil
sangat suka.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran
masyarakat tentang diversifikasi pangan dan gizi, serta telah dilakukan
analisa kandungan pada batang pepaya, maka diharapkan pemanfaatan batang
pepaya sebagai salah satu bahan baku pembuatan makanan dapat diterima
dan dikembangkan.
Keuntungan utama penggunaan batang
pepaya sebagai sumber pangan baru adalah (1) bahan baku mudah didapat
dan harganya sangat murah(limbah), (2) Dapat mengatasi masalah limbah
lingkungan pada saat peremajaan kebun pepaya, (3) Kaya akan gizi
(karbohidrat, serat, protein), (4) Dapat meningkatkan pendapatan petani
(analisa ekonomi), (5) Mengurangi angka kemiskinan dengan penyediaan
lapangan kerja baru melalui industri kecil skala rumah tangga.
Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm
dari pangkal batang, kemudian kulit batang dikupas setebal ± 1 cm sampai
ditemukan bagian dalam batang yang berwarna putih. Batang bagian dalam
ini dicuci, lalu diiris tipis dan direbus selama 30 menit. Setelah
direbus, irisan batang pepaya ditiriskan, dan direndam dengan air kapur
sirih selama 2 jam kemudian ditiriskan. Irisan batang pepaya kemudian
digoreng dengan minyak panas lalu dioven dengan suhu 60oC.
Diagram alur pembuatan keripik batang pepaya:
Gambar 2. Keripik pangkal pohon pepaya
Batang pepaya yang telah dikupas
kulitnya di potong berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi 2 cm
dan ketebalan pemotongan 0,5 cm. Perebusan dilakukan dengan air selama 2
jam. Untuk pengeringan manisan dilakukan selama 24 jam dengan suhu 60oC
sampai diperoleh kadar air manisan dibawah 10%. Hal ini untuk mencegah
proses fermentasi dan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan kerusakan
bahan akibat kadar air yang tinggi. Manisan di packing dalam plastik
kedap udara yang dikemas dalam kotak.
Diagram alir pembuatan manisan batang pepaya:
Gambar 3. Manisan kering pangkal pohon pepaya
SUMBER : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar